Thursday, November 24, 2005

Sajak-sajak 14

LAYANG-LAYANG
Aku merasa putus
dari tali yang melayangkan terbang
aku merasa dingin
dari angin yang menghembus
kamu lihat aku hilang
sebenarnya aku paling ingin
untuk pulang
pada tali yang kamu pegang

ENTAH
Aku mau mendaratkan
kenangan-kenangan
dari bah yang melimpah
aku lemas dan mati
dalam pusar-pusar


SAJAK
seperti buih-buih
sabun wangi

Thursday, November 17, 2005

chapter 2.1 : peperangan pertama

Arfan Tung Bikhsah duduk tegap mendada di atas kuda hitamnya. Dadanya berdebar kuat seirama dengan hentaman kaki ribuan askar pejalan kaki dan kuda-kuda tunggangan ratusan prajurit berkuda yang menginjak bumi. Dia bukan takut, dia cuma tidal sabar mendengar sangkakala perang berbunyi lalu bolehlah dia memacu kudanya merempuh ke depan, menghayun-hayunkan pedangnya memenggal kepala musuh. Tangan kanannya memegang hulu pedang kukuh-kukuh dan tangan kirinya ada tali pemacu kuda dari kulit singa.

Baju besi lengkap di dada, bahu, lengan, paha dan kakinya. Dia anak muda bangsawan dari Sintrani yang punya tubuh tegap dan wajah tampan, kebanggaan keluarga dan pujaan gadis-gadis jelita. Dia penunggang kuda yang cetakan, penunggang kuda barisan depan tentera. Dia hulubalang Sintrani.

Nun di depan sana yang bersuara lantang dan keras, sedang memekik-mekik, mengapi-ngapi dan bertempik membakar semangat tentera, yang sedang memegang panji-panji kerajaan Sintrani di atas kuda serba putihnya di barisan paling depan adalah bapa saudaranya, Mardek Tung Surrar, pahlawan Sintrani yang paling ditakuti.

Setiap kali bapa saudaranya itu menghabiskan satu perenggan kata-kata semangatnya, melaunglah sampai bergema ke langit seluruh ribuan askar Sintrani termasuk Anjang Tung Bikhshah sambil menjulang-julang senjata. Anjang Tung Bikhshah berada di barisan depan tentera berkuda dan dihadapannya adalah barisan belakang tentera pejalan kaki. Ketika semua orang menjulang senjata dan bertempik menyahut seruan Mardek Tung Surrar, kelihatan seorang pemuda akhir belasan sedang berdiri menyorok takut-takut di barisan belakang tentera pejalan kaki.

Anjang Tung Bikhshah melihat pemuda itu, kakinya sedang menggigil ketakutan. Tiba-tiba dia memandang Anjang Tung Bikhshah, mata mereka bertemu. Mata pemuda kurus itu sedang berkaca seperti meminta kasihan. Dari mata Anjang Tung Bikhshah pemuda tanpa baju besi dan berpedang lusuh itu tentu anak desa yang dipaksa perang.

Anak desa yang tidak pernah menikamkan pedang ke dada musuh. Anak desa yang kasihan yang hanya tahu menggembala lembu dan bertanam padi. Anak desa yang penakut melihat darah yang memancut dari leher musuh yang dipancung. Orang-orang begini, askar pejalan kaki begini memang patut mati supaya prajurit sepertinya dapat dijulang. Anjang Tung Bikhshah memandang benci dan mencebik dan sedikit gelihati melihat seluar pemuda itu basah di kangkangnya. “Orang hina,” dia menyumpah dalam hati.

Tiba-tiba, zupp!!.. Anjang Tung Bikhshah merasa tengkuknya kesakitan amat perit. Dia mau menjerit tapi tekaknya terasa mau pecah. Darah sedang memancut membasahkan dada dan kudanya. Dari mulutnya keluar bunyi keruhan yang hodoh bila dia mau bersuara. Dia meraba tengkuknya, sebilah anak panah dari batang nyatoh menghentam tengkuknya, kerongkong dan memecahkan urat yang berselirat. Pandangannya mulai kabur. dia tidak dapat dengar dengan jelas orang-orang di sekelilingnya yang mulai kecoh dan melaung.

Anjang Tung Bikhshah mula terhoyong-hayang, dia mau pitam, dalam samar-samar dia ternampak pemuda yang dicebiknya tadi sedang senyum sumbing. matanya semakin kabur, senyuman sumbing pemuda itu menjadi gelak tawa yang memedihkan, lebih sakit dari tusukan panah di tengkuknya. Dia mau terjatuh dari kuda dan sewaktu pedangnya terlepas dari tangan, sayup-sayup dia terdengar sangkakala perang berbunyi. sayup-sayup dia terdengar bunyi yang sangat dinantinya itu sebelum segalanya lenyap, senyap-sunyi. sunyi dan diam.

Bersambung...

Wednesday, November 16, 2005

A new chapter : A new life

PENDAHULUAN

Hari baru telah mula. Makhluk-makhluk yang masih lagi bernafas setelah lena sebentar tadi malam akan mulai mengira waktu ini sebagai hari baru. Waktu; waktu adalah perkara paling misteri dalam hidup, ia terus sahaja berputar menyusuri hidup dan beredar tetap. Bila kamu mati, waktu akan tetap melulu dan hidup dalam perjalanan orang lain pula tanpa menunggu kamu lagi. Dan dunia ini adalah ruang untuk waktu beredar dalam hidup kamu selagi jantung masih lagi punya degupnya.

Kamu telah bangun dari ranjang. Isteri kamu telah bangun dari ranjang, juga. Malah dia telah menyiapkan kamu sarapan untuk pagi itu. Ah, cuma anak kamu yang masih melena. Tidak! Dia masih lagi punya nyawa, budak lelaki yang baru berusia sebulan itu masih lagi punya nafas dalam ruang dunia ini, masih dalam mangkuk waktu yang berputar. Si comel yang telah mengindahkan hidupmu itu, jantung hati kamu itu sedang enak bermimpi, mimpi yang dia sendiripun tidak dapat mengertikan apa-apa.

Biarkan dia, biarkan dia yang masih baru mengenal dunia ini menikmati kehidupan yang serba baru dan menikmati enaknya mimpi. Biarkan dia tidur, tak mengapa kiranya dia tak tahu tentang setiap awal pagi kamu telah bangun mencari rezeki untuk disuapkan ke mulut montelnya sedang dia masih enak beradu.

Entah kenapa tiba-tiba kamu tersenyum setiap kali mengingati si comel kemanjaanmu tiu dan isteri kamu yang cantik dan bermata redup itu ikut senyum melihat kamu tersenyum waktu dia menuangkan kopi ke dalam cawanmu. Kopi buatan tangan isterimu sendiri yang nanti menghangatkan tekakmu dan jiwamu. Kopi yang seakan menjadi dadah yang akan menyegarkan hari barumu. Yang memberi tenaga untuk kamu meredah lopak sawah, meredah hutan dan huma, meredah sungai dan paya. Kamu mau menangis.

Lantas kamu cepat-cepat memandang luar tingkap. Sayup-sayup kamu nampak banjaran gunung berdiri teguh berbaris menghalang matamu memandang horizon langit. Matahari telah bangkit tapi masih bersembunyi dibalik banjaran gagah itu sedangkan cahayanya telah merebak ke merata alam. Kamu nampak sawah-sawah yang membentang luas di hadapan banjaran itu, sawah-sawah yang masih lagi diteduhi bayang-bayang banjaran dari panahan matahari pagi dan sebentar lagi apabila matahari menunjukkan wajahnya, padang padi itu kan jadi seperti hamparan emas. Padi-padi tumbuh subur musim ini, katamu seakan-akan turut sama gembira menyambut satu nyawa baru dalam keluargamu. Dan katamu lagi sebenarnya kerana kelahiran anakmu itulah yang membawa tuah hingga subur sawah-sawah dan ladang-ladang.

Nanti bila tiba waktunya yang akan datang sedikit masa lagi, kamu mau suapkan nasi dari beras pertama yang kamu tuai padinya ke mulut anakmu. Kamu tersenyum bahagia membayangkan hari depan yang tampak indah gambarannya berilusi sedangkan sesungguhnya kamu tak pernah tau apa-apa tentang masa depan yang menanti.

Sungguh, benar kamu takkan tahu tentang hari yang mendatang sepertimana kamu tak tau beratus batu dari tempat kamu berdiri, di balik banjaran gunung yang diam itu sebuah perang besar sedang meletus. Sangkakala perang baru sahaja ditiup sebentar tadi. Gendang perang sedang rancak berbunyi dari kedua-dua angkatan yang punya kekuatan berpuluh ribu orang banyaknya.

Kamu takkan tahu sehinggalah beberapa hari nanti kalau ada orang berdagang singgah ke kampungmu membawa berita. Atau mungkin sebulan dua lagi apabila muncul beberapa orang bermuka pucat, dengan wajah kotor kurus kering dan compang-camping sesat di sawah atau mencuri ubi kayu di humamu. Pelarian-pelarian perang yang tentulah dari pihak yang kalah.
bersambung...

(ha ha, kununnya nak buat kisah epik lah ni, pengaruh LOTR la kununnya)
sila beri tunjuk ajar ye.

Tuesday, November 15, 2005

penamat



maybe this is the end. im so fucking tired.

laman ini kosong

blank page : Smashing pumkins
(sebenarnya BillyCorgan memberi influen besar pada puisi aku, ha ha)

Blank page is all the rage
Never meant to say anything
In bed I was half dead
Tired of dreaming of rest
Got dressed drove the state line
Looking for you at the five and dime
Stop sign told me stay at home
Told me you were not alone

Blank page was all the rage
Never meant to hurt anyone
In bed I was half dead
Tired of dreaming of rest
You haven't changed
You're still the same
May you rise as you fall
You were easy you are forgotten
You are the ways of my mistakes
I catch the rainfall
Through the leaking roof
That you had left behind
You remind me
Of that leak in my soul
The rain falls
My friends call
Leaking rain on the phone

Take a day plant some trees
May they shade you from me
May your children play beneath

Blank page was all the rage
Never meant to say anything
In bed I was half dead
Tired of dreaming of rest
Got dressed drove the state line
Looking for you at the five and dime
But there I was picking pieces up
You are a ghost
Of my indecision
No more little girl

translasi sangat susah lah.

laman kosong adalah luahan segala
tak bermaksud menyatakan apa-apa
di ranjang separuh mati
letih aku bermimpi
bangun dan memandu hingga sempadan
mencari kamu
tanda henti menyuruh aku pulang
memberitahu kamu dah berteman

tanamlah pepohon
moga ia jadi peneduh dari aku
dan tempat bermain anak mu

Friday, November 11, 2005

misil untuk kau



MISIL KEPADA KAU

Aku mau bererti
seperti matahari
pulang kepada kau
bila esok siang
sebagai cahaya

aku mau tegar
seperti kersani
kalau rindu membakar
tak mencair aku dipanggang
lalu mengalir ke longkang.

Monday, November 07, 2005

Sajak-sajak 13

Kenangan-kenangan yang lewat.dan langkah-langkah yang memberat.kesakitan yang melarat dan pahit.untuk aku hargai realiti waktu ini.bila kamu mengenyah dan tak kembali


INI MALAM, INI MALAM

Aku tak peduli ini malam tiada bintang
kerna senyum kamu sudah cukup jadi mentari
mensiangkan gelita dengan redup cahayanya
menggerhanakan bulan
mendamaikan pantai
tanpa ombak
melenakan pungguk
mengharumkan mawar
yang menyerbak
mengiramakan sunyi
mendiamkan benci
yang meretak
melayarkan resah
menenangkan nafas
yang mulai sesak
malam makin gelap dan aku mulai lelap
di antara bahu dan lehermu


HUJAN

Titis hujan yang turun
setiapnya adalah nun dari atas
jatuh bebas setelah awan mulai pecah
Semoga pohon menghijau dan berbuah
atau sungai melimpah jadi bah
dengan ribut atau pelangi cantik
lalu kita bersyukur atau merasa benci
tetap tak peduli kemana ia mau pergi


KESEDIHAN

Waktu kamu bernafas dan tinggalkan kabus di kaca
aku lukiskan bentuk hati darinya
musim hujan dan pagi dingin
angin perlahan sudah bikin aku nanar
aku sangka cinta kamu itu benar wujudnya

Bila kamu melangkahi tangga dan tinggalkan bekas kaki
aku turut tiap jejak supaya kamu tak melucut
dan labah-labah membuat sarang diantara denai
aku hilang kamu setiap kali aku mengejar
aku sangka cinta kamu itu benar wujudnya

Bila kamu berpaling dan tinggalkan senyum manis
aku katalogkan dalam memori sebagai kenangan terbaik
dan matahari tak akan datang
bagaimana kabus akan hilang
aku sangka cinta kamu itu benar wujudnya


SUTERA HITAM

o rambut sutera hitam
aku ingin menyentuhnya dengan tangan kosong
sepanjang hidup sedih dan gelandangan
mengharumlah ia sepanjang jalan

o rambut sutera hitam
mau ku belai di antara celah-celah jari
dan harumnya menyerbak ke hulu hati
ada pedih oleh merebaknya rasa sunyi

o rambut sutera hitam
ditiup angin dan beralun seperti ombak
seperti ucap selamat tinggal dan perpisahan
meruntun jiwa dan membikin hati sebak
ditenggelam gelora dan gelombang taufan
lemas dan nafas makin pendeksesak


ERTI

Waktu aku mendengar suaramu di hujung talifon
awan petang memberat dan hujan rintik
seperti malam semakin cepat dan gelap
ah, erti apa kata yang memberatkan emosi
dan melankoli hati yang mulai patah
seperti runtuh segala kota dan kubah
kerana luluh segala kata dan sumpah

dan erti menghalau aku ke sini
memerangkap segala kenangan manis
menjadi gerombolan haiwan bengis
memakan seluruh jasadku walau jantung
masih berdegup kerana cintaku agung